Column

Kewirausahaan Inklusi: Membuka Peluang tanpa Batas bersama Pengusaha Disabilitas

Oleh Moh. Ilham, M.M.*

Dalam dunia yang sering kali menilai keterbatasan sebagai hambatan, Bapak Agung asal Surabaya ini, adalah seorang penyandang tuna netra, tidak dapat melihat, telah membuktikan bahwa semangat, ketekunan, dan visi besar mampu menembus segala batasan.

Melalui usahanya, Pijat Tuna Netra dengan branding Panti Pijat Netra Jempol Mas. Beliau tidak hanya menginspirasi banyak orang, tetapi juga menghadirkan praktik nyata kewirausahaan inklusi dengan membuka 3 cabang usaha layanan pijat di daerah Lebo, Jenggolo, dan Sukodono Sidoarjo, dan memperkerjakan puluhan pegawai dari kalangan disabilitas sesama Tuna Netra.

Bapak Agung menunjukkan bahwa kewirausahaan bukan hanya tentang mencari keuntungan, melainkan juga tentang menciptakan peluang juga membantu bagi diri sendiri dan orang lain, tanpa memandang keterbatasan fisik.

Berikut 7 hikmah inspirasi yang dapat kita pelajari dari perjalanan Bapak Agung dalam semangat belajar, kemandirian, dan kewirausahaan.

1. Belajar Sepanjang Hayat

Bapak Agung tidak pernah berhenti belajar, meskipun keterbatasan penglihatan menjadi tantangan nyata. Ia terus mengasah keterampilan pijat profesional, mempelajari manajemen usaha, hingga strategi pelayanan pelanggan. Semangat belajar ini membuktikan bahwa ilmu dan keterampilan bisa terus dikembangkan dalam kondisi apapun. Pak Agung selain pebisnis juga sebagai Trainer Pijat, memberikan layanan pelatihan gratis. Hal ini dilakukan karena sebagai bentuk ucapan terima kasih karena dahulu awal tuna netra ada guru yang mengajari pijat secara gratis juga dan sehingga mampu menebarkan kebaikan dan kemandirian melalui bidang kesehatan dengan kemampuan memijat.

 2. Mengubah Hambatan Menjadi Kekuatan

Alih-alih melihat disabilitas sebagai halangan, Bapak Agung menjadikannya keunikan dalam bisnisnya. Keterampilan pijat yang tajam dan sensitif menjadi nilai jual utama yang membedakan usahanya di tengah persaingan industri kesehatan alternatif. Salah satu keunikan adalah punya bisnis pijat pegawai dan ownernya disabilitas tuna netra, ada pelatihan, juga pemasaran yang unik mengunakan speaker atau toa seperti suara penjual tahu bulat, yang ditaruh di teras cabang pijatnya. Juga melayani panggilan pijat panggilan di Surabaya yang ditemani anak atau istrinya. Tujuan ini dilakukan agar pasar di Surabaya tidak hilang, karena pelanggan banyak di Surabaya. Sedangkan, di 3 tempat pijatnya agar rezekinya pegawai, pemilik tidak boleh “rakus”, berbagai rezeki bahasanya Pak Agung.

3. Kemandirian sebagai Fondasi Kesuksesan

Dengan semangat kemandirian, beliau membangun usaha dari bawah tanpa bergantung pada belas kasihan. Kemandirian ini tidak hanya terlihat dalam dirinya, tetapi juga dalam mendorong rekan-rekan disabilitas lain untuk mandiri secara ekonomi. Tentu dengan semangat berkolaborasi dengan pihak-pihak tertentu yang membantu dan support.

4. Menciptakan Peluang, Bukan Menunggu Kesempatan

Bapak Agung mengambil inisiatif untuk membuka cabang-cabang baru, memberdayakan banyak tenaga kerja disabilitas. Ia membuktikan bahwa kita bisa menjadi pencipta kesempatan, bukan sekadar penerima peluang.

5. Kepemimpinan Inklusif yang Menginspirasi

Sebagai pemilik usaha, beliau membangun budaya kerja yang inklusif dan suportif. Setiap pegawai, dengan segala latar belakangnya, dihargai dan diberi ruang untuk berkembang. Kepemimpinan ini menjadi contoh nyata bagaimana keberagaman menjadi kekuatan dalam organisasi. Salah satunya, jika dirasa ilmu dan kecakapan sudah bagus, boleh keluar kerja dan membangun sendiri. Tapi, tidak boleh ambil pasien di luar jam kerja atas nama sendiri bukan panti pijat. Karena itu akan merusak pasar. Pak Agung berpikir kedepan, khususnya regenerasi konsumen untuk pegawai selanjutnya, agar bisnis dapat berkelanjutan.

6. Berani Bermimpi Besar dan Konsisten Bertindak

Bapak Agung tidak membatasi mimpinya hanya karena kondisi fisik. Ia berani membayangkan sebuah jaringan usaha pijat tuna netra yang profesional dan dihormati. Dengan langkah-langkah nyata dan konsisten, impian itu perlahan diwujudkan. Dan terbukti, jaringan Pijat dengan branding Pijat Jempol Mas sudah berkembang di berbagai kota di Indonesia.

7. Menginspirasi Gerakan Sosial Lewat Tindakan

Usaha Bapak Agung bukan hanya sekadar bisnis; ia menjadi motor perubahan sosial. Usahanya membuktikan bahwa dengan membuka lapangan kerja bagi disabilitas, kita ikut membangun masyarakat yang lebih adil, setara, dan berdaya.

Perjalanan Bapak Agung adalah bukti bahwa kewirausahaan inklusi bukan sekadar konsep, melainkan aksi nyata yang mampu mengubah kehidupan banyak orang. Melalui semangat belajar tanpa henti, kemandirian yang kokoh, dan keberanian untuk bermimpi besar, beliau telah membuka jalan bagi banyak orang untuk percaya bahwa keterbatasan fisik tidak pernah membatasi potensi untuk sukses. Lantas Kita bagaimana? Semangat berwirausaha ya.

Kisah Bapak Agung membuktikan, bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Dengan semangat belajar, kemandirian yang kokoh, dan keberanian membuka peluang, beliau mengajarkan kita semua bahwa setiap orang berhak menjadi versi terbaik dari dirinya. Semoga kisah ini menjadi sumber inspirasi bagi kita semua untuk terus belajar, berani bertindak, dan berkontribusi untuk negeri, menciptakan dunia yang lebih inklusif. Sebagai penutup, izinkan kami merangkainya dalam sebuah pantun sederhana.

Berlayar sampan di sungai berliku
Tersenyum mentari menyapa pagi 
Jika semangat tak pernah beku
Keterbatasan pun bisa jadi rezeki!

Menanam bunga di UINSA Jalan Ahmad Yani 
Bunga mekar indah harum semerbak 
Yuk mari belajar Wirausaha untuk mandiri
Karena sukses bahagia itu kita yang gerak!

Semoga kisah ini tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menggerakkan kita semua untuk lebih berani bermimpi, berusaha, dan membuka peluang tanpa batas di mana pun kita berada!

*Penulis adalah Dosen Kewirausahaan di Prodi Manajemen Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, artikel ini terinspirasi dan hadiah spesial untuk orang tua Penulis yang Tuna Netra, juga menjadi salah satu data tambahan dalam disertasi Penulis di S3 Ilmu Manajemen di Universitas Negeri Malang, yang menggali lebih mendalam tentang peran kewirausahaan inklusi, Pemasaran, dan sisi spiritual Para Pengusaha UMKM Penyandang Disabilitas.