Teater Hastasa Surabaya merupakan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang aktif di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Didirikan pada tahun 1992, Teater Hastasa berfungsi sebagai wadah kreatif bagi para mahasiswa UIN Sunan Ampel yang berminat dan berbakat di bidang seni dan teater. Sejak awal keberadaannya, anggota organisasi ini telah menghasilkan berbagai karya, mulai dari drama dan teater hingga puisi, musik, tari, dan lukisan.
Pada hari Selasa, 10 Desember 2024, Teater Hastasa mengadakan pentas produksi di Auditorium Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Acara ini menampilkan beragam pertunjukan seni, termasuk tari, musik kolaborasi dengan UKM Musik USB, dan yang paling utama, drama teater. Mengangkat naskah realis, pementasan ini menggambarkan kehidupan sehari-hari para nelayan di pesisir, disajikan dalam genre komedi yang menghibur. Pementasan ini menarik perhatian sekitar 300 penonton, yang terdiri dari civitas akademika UINSA, komunitas teater se-Jawa Timur, dan masyarakat umum. Akses masuk ke acara ini diberikan secara gratis sebagai ungkapan rasa syukur atas 32 tahun keberadaan Teater Hastasa. Dengan memberikan akses gratis, Teater Hastasa Surabaya berharap para mahasiswa dan masyarakat umum dapat menikmati seni, khususnya teater, dengan lebih leluasa.
Drama teater ini dimainkan oleh 12 aktor, di mana Saudara Yafi dan Astrada Afafi menjadi penggerak utama pementasan. Alur cerita mengisahkan sekelompok nelayan yang menghadapi penurunan hasil tangkapan ikan akibat praktik pengeboman, yang kemudian diwarnai dengan konflik ketika seorang pengembang datang mengusulkan reklamasi di daerah tersebut.
Konsep dari pementasan ini adalah “Pentas Produksi”, yang melibatkan seluruh anggota aktif Teater Hastasa. Mengingat bahwa ini adalah pertunjukan pertama setelah lima tahun vakum, Teater Hastasa Surabaya mengangkat tema “Saka Peteng Balik Makarya”.
Drama teater yang dipentaskan oleh para anggota Teater Hastasa berjudul “Kisik” mengusung tema yang kaya makna. Kata “Kisik” diambil dari bahasa Jawa kuno yang hampir punah, yang berarti “pesisir pantai” dalam bahasa Indonesia. Saat ini, istilah ini hanya dikenal di kalangan segelintir masyarakat di daerah pesisir Jawa Tengah. Keputusan untuk menggunakan judul ini bukan hanya untuk memperkenalkan istilah “Kisik” kepada khalayak, tetapi juga karena maknanya yang dalam bagi penulis naskah. Teater Hastasa Surabaya memilih lakon “Kisik” sebagai respons terhadap fenomena sosial yang mengemuka, khususnya isu reklamasi yang kini semakin marak terjadi di berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Bali, Gresik, hingga terbaru di Surabaya. Dengan pementasan ini, Teater Hastasa berharap penonton akan lebih peduli terhadap isu-isu sosial yang berlangsung di sekitar mereka. Selain itu, para anggota Teater Hastasa juga berharap agar drama ini dapat menanamkan rasa kepedulian terhadap lingkungan dan memperkuat nasionalisme di kalangan masyarakat.
Dalam karya ini, Teater Hastasa menyajikan dampak positif dan negatif dari proyek reklamasi yang sedang berlangsung tanpa mengambil sikap untuk menilai pihak mana yang lebih benar. Justru, mereka lebih menyoroti praktik-praktik yang digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat setempat. Pesan yang ingin disampaikan kembali kepada penonton, mendorong mereka untuk merenungkan dan membentuk persepsi mereka sendiri tentang masalah ini.
(TIM MEDIA CENTER FTK)