Program Persiapan Beasiswa Dana Abadi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren di lima perguruan tinggi secara formal ditutup secara hybrid hari ini. Acara penutupan ini diselenggarakan secara hybrid di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya serta menandai penutupan dari rangkaian pendidikan yang telah diberikan kepada para santri selama periode tiga bulan di lima perguruan tinggi penyelenggara (PTP). Acara ini dipandu oleh Afifa Akmalia, peserta PD Pontren asal PTP UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dr. Mahrus, M.Ag, Kasubdit Pendidikan Al-Quran sekaligus ketua PMO Dana Abadi Pesantren, memberikan laporan singkat mengenai kemajuan dan pencapaian yang telah diraih selama tiga bulan. Dr. Mahrus, M.Ag juga menambahkan bahwa Program Persiapan Beasiswa tahun 2024 ini ada yang dilaksanakan dalam periode tiga bulan dan enam bulan. Penutupan hari ini, diikuti oleh lima kampus penyelenggara program tiga bulan, Bahasa Arab di UIN Sunan Ampel Surabaya, Bahasa Inggris di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Imam Bonjol Padang, UIN Sutan Syarif Kasim Riau dan UIN Sunan Gunung Jati Bandung. Seluruh peserta mengikuti program ini sejak tanggal 19 Februari 2024. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UINSA, Prof Dr. H. Ali Mudlofir, M.Ag, memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam program ini. Beliau menambahkan bahwa seluruh peserta wajib menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin dan optimalkan semua potensi untuk meraih prestasi tertinggi.
Ir. Dwi Larso, Ph.D, direktur Beasiswa LPDP, mengungkapkan kegembiraannya atas kesuksesan program ini. Pesantren merupakan bagian penting yang menyentuh pendidikan di semua lini tidak hanya di S1, S2 dan S3. Setelah pandemi, LPDP telah meningkatkan setiap bantuan pendidikan untuk memajukan SDM di Indonesia. Lebih lanjut lagi, dalam sambutannya, Direktur PD Pontren Prof Dr. H. Waryono Abdul Ghafur berpesan agar seluruh santri yang menjadi peserta PPB ini untuk menjadi juru bicara pada santri-santri lain, bahwa ke depan santri tidak boleh putus asa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Negara akan lebih banyak hadir di tengah masyarakat, khususnya di dunia pesantren, melalui program-program beasiswa dan lainnya. Akan tetapi untuk mendapatkan kesempatan tersebut, tentu butuh hal-hal yang disiapkan, seperti kemampuan bahasa dan academic writing. Selain itu juga butuh pengorbanan, diantaranya termasuk jauh dari keluarga karena lanjut kuliah di luar negeri.
“Siapa yang menguasai bahasa, akan menguasai dunia. Saya berharap setelah program ini selesai, semua peserta tetap mengembangkan kompetensi bahasanya. Sehingga nanti semua menjadi duta-duta bangsa di penjuru dunia, yang turut serta menyemaikan nilai-nilai moderasi beragama yang berkembang di Indonesia. Sehingga kita menjadi contoh, bahwa keanekaragama bukanlah suatu masalah.” tutur beliau di penghujung sambutan.Acara diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Kunawi, M.Pd, sebagai simbol harapan untuk masa depan para santri yang lebih cerah dan penuh dengan keberhasilan. Doa bersama ini tidak hanya menutup acara, tetapi juga mengukuhkan komitmen para santri untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Penutupan program ini tidak hanya menandai akhir dari sebuah periode pembelajaran, tetapi juga sebagai awal dari perjalanan baru bagi para santri untuk mengaplikasikan dan menyebarkan ilmu yang telah mereka pelajari ke dalam masyarakat luas.