Dua Mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam UINSA, Mahardika Akhlakul Ichsan dan Lukna Inna Zahrizat, berkesempatan untuk menjalani program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan. Magang ini merupakan pengalaman yang sangat berharga karena memberikan kesempatan untuk belajar langsung mengenai pengelolaan sektor pariwisata dan pelestarian budaya. Di awal magang, mereka ditempatkan di Divisi Kebudayaan. Penempatan ini disesuaikan dengan latar belakang disiplin keilmuan yang mereka tekuni, yaitu Sejarah Peradaban Islam. Tujuannya agar pengalaman yang mereka peroleh lebih relevan dan linier dengan bidang keilmuan yang dipelajari.
Semula, mereka mengira bahwa magang di Disparbud Lamongan akan berlangsung seperti magang pada umumnya, yakni lebih banyak berkutat pada pekerjaan administratif di kantor. Namun, kenyataannya jauh berbeda. Mereka sempat mengalami gegar budaya karena menemukan bahwa kehidupan kebudayaan di Lamongan ternyata masih sangat kental dan terjaga dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan banyak seniman serta organisasi kesenian yang masih aktif dan bahkan terus memperpanjang eksistensi mereka. Organisasi-organisasi ini tidak hanya berperan dalam melestarikan budaya lokal, tetapi juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk belajar dan meneruskan tradisi seni yang telah diwariskan turun-temurun.
Selain itu, kedua mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam UINSA tersebut juga berkesempatan mengikuti acara Ruwahan di Sendang Duwur, Paciran. Acara ini menjadi pengalaman berharga terutama saat sesi pawai budaya, di mana berbagai peristiwa sejarah ditampilkan dalam bentuk pertunjukan. Salah satu yang paling menarik adalah pementasan sejarah “Tumbal Meminta Hujan di Zaman Maulana Malik Ibrahim Bersyiar”, yang menggambarkan bagaimana masyarakat pada masa itu menghadapi kemarau panjang dan mengandalkan doa serta ritual untuk memohon hujan. Selain menghadiri Ruwahan, mereka juga mengikuti tradisi Liwetan, yaitu makan bersama seluruh pegawai Dinas sebelum memasuki awal bulan puasa. Kegiatan ini bukan sekedar makan bersama, namun juga menjadi simbol kebersamaan serta cara menjaga tradisi.
Adapun setelah Hari Raya Idul Fitri, Disparbud Lamongan, bersama Bupati, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta Event Organizer (EO) menyelenggarakan Festival Kupatan di Wisata Bahari Lamongan (WBL). Festival ini merupakan bagian dari upaya pelestarian tradisi yang telah mengakar kuat di masyarakat. Kedua mahasiswa merasa beruntung dapat menyaksikan dan ikut serta dalam berbagai kegiatan budaya ini. Tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga semakin memperkuat rasa cinta terhadap kebudayaan lokal.
Selama magang, mereka telah dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Di antaranya membantu penyusunan program promosi wisata, mendukung pelaksanaan acara budaya, serta memahami bagaimana kebijakan pariwisata dan kebudayaan diterapkan di tingkat daerah. Selain itu, magang juga memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan potensi yang dapat membantu mereka dalam menentukan jalur karir yang sesuai di masa depan. Dengan pengalaman ini, Mahardika dan Lukna berharap dapat memperluas wawasan, mengasah keterampilan, serta berkontribusi dalam pengembangan sektor pariwisata dan kebudayaan, khususnya di Lamongan.