Tuesday, 3 January 2023
Lanjutan bagian dua.
Dua hari setelah tinggal di Malaysia, seluruh penduduk Malaysia melaksanakan cuti. Mereka yang merantau wajib pulang kampung untuk melaksanakan pemilihan umum. Kampus menjadi sepi. Orang-orang yang berjualan juga cuti. Mereka kembali ke kampung halaman. Akibatnya, peserta student exchange yang tinggal di kawasan kampus kesulitan mencari makan. Mereka terpaksa keluar dari area kampus. Bahkan hingga keluar kota, hanya untuk mencari makan. Kampus benar-benar sepi. Tidak ada restoran yang buka.
Kami harus menaiki banyak sekali tangga dan berjalan kaki dalam jarak yang sangat jauh untuk mencapai restoran. Dan itu kami lakukan setiap hari, selama kurang lebih satu minggu. Terkadang kami juga pergi ke Kajang, kota tetangga Bangi, hanya untuk mencari makan. Kami pilih naik train karena letak staisun yang dekat dengan UKM. Untuk naik train, kami perlu membeli kartu terlebih dahulu yang bisa digunakan perjalanan berkali-kali, selama masih ada saldo di dalamnya. Sebenarnya kami bisa naik bus, tapi karena di dekat UKM tidak ada office untuk pembuatan kartu toch and go yang bisa digunakan untuk segala bentuk transportasi atau pembayaran belanja, kami lebih memilih train.
Gambar tangga-tangga di area kampus yang harus kita lalui setiap kali mencari makanan.
Menuju Kajang, kami hanya perlu melewati satu stasiun. Kalau naik bus kami memerlukan kurang lebih waktu satu jam. Di Kajang, karena kami belum tahu banyak tempat, kami pernah harus jalan kaki menempuh jarak hampir 30 menit. Tapi kami pernah tersesat di Kampung Cina dan tidak menemukan makanan Indonesia atau Malaysia yang kami cari. Kami hanya menemukan nasi nasi lemak. Selain itu, pilihannya hanyalah daging babi dan shusi-shusian.
Menikmati kota Kajang, kami jalan-jalan di mall dan pusat perbelanjaan. Perjalanan yang jauh membuat kami pergi lapar dan pulang dalam keadaan lapar lagi. Kita pulang ke UKM dengan perut kosong. Waktu cuti pemilu menjadi ujian bagi kami: terpaksa membeli makan di restoran yang berada di atas bukit untuk makan malam. Selama satu minggu kami direpotkan untuk mencari makan apa. Kadang kami memilih puasa, kadang makan sehari satu kali. Mencari makan menjadi urusan sulit.
Di sela hari-hari cuti itu, Huda datang mengunjungi kami. Dia adalah mahasiswa UKM yang pernah ikut program student exchange di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dia mewakili Prodi Quran Sunnah di UKM untuk belajar di UINSA. Kebetulan dia pulang untuk mengundi pada pemilihan umum Perdana Menteri Malaysia. Bersama ibunya, dia mengajak kami berkeliling melihat beberapa masjid besar di Putrajaya.
Di Masjid Putrajaya saya telah melihat seorang wanita melaksanakan salat dengan kaki yang terbuka. Padahal, sepengetahuan saya kaki adalah bagian dari aurat bagi perempuan yang harus ditutup saat salat. Yang boleh terbuka hanyalah wajah dan telapak tangan. Perempuan itu hanya memakai kaos kaki sampai mata kaki, dia memakain jubah tapi tidak panjang, sehingga terlihatlah kakinya. Dia menggunakan jilbab tapi tidak menutupi dada, hanya jilbab yang melilit leher. Rambut poni di wajahnya kelihatan. Saya tidak tahu dia mengikuti mazhab apa: mazhab yang memperbolehkan pakaian seperti itu dan memperlihatkan kaki. Setelah salat kami berbincang dengan perempuan tersebut. Ternyata dia juga student exchange di UKM yang berasal dari Turki!
Gambar bersama dua perempuan dari Turki yang mengikuti student exchange di UKM. Masjid Tuanku Sultan Zainal Abidin atau biasa dikenal sebagai Masjid Besi yang berada di Kota Putrajaya.
Fenomena serupa juga saya lihat ketika saya berjalan-jalan di mall Kajang. Seorang perempuan salat tidak menggunakan mukena, hanya menggunakan baju tunik dan celana jins ketat dengan kaos kaki. Di kota Serdang, saya lagi-lagi menemukan perempuan salat memakai jubah tanpa kaos kaki dan mukena. Kakinya benar-benar terlihat. Wajah orang itu tampak seperti orang Turki atau Arab. Sampai sekarang saya penasaran mazhab apa yang mereka ikuti. Mungkin saya perlu lebih banyak belajar.
*Mahasiswi Semester 5 Prodi Studi Agama-Agama FUF UINSA