Column
Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag.
Guru Besar/Ketua Senat Akademik UINSA Surabaya

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا

“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan zikir sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang” (QS. Al Ahzab [33]: 41-42).

Ayat ini kelanjutan dari ayat sebelumnya, yaitu QS. Al Ahzab: 35 tentang janji ampunan Allah dan surga bagi laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir. Ayat ini juga teguran untuk sebagian sahabat, terutama para munafik yang membicarakan dengan sinis pernikahan Nabi SAW dengan Zainab binti Jahsy, r.a, janda anak angkat Nabi SAW sebagaimana disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya. Padahal, pernikanan Nabi SAW itu dilakukan atas perintah Allah. Allah SWT mengingatkan orang-orang munafik dan para sahabat agar lebih banyak berzikir daripada berbicara yang tidak benar atau tidak bermanfaat. 

Zikir artinya mengingat atau menyebut nama Allah. Bisa dengan lidah, hati, atau tindakan. Zikir dengan lidah semata tanpa mengerti artinya, atau hanya dengan hati tanpa lisan tetap mendapat pahala. Apalagi jika dengan hati, lisan dan tindakan. Inilah zikir paling sempurna. Jika kita bekerja dengan semangat dan jujur untuk memenuhi kebutuhan keluarga, maka itulah zikir melalui perbuatan. Sebab, kita melakukannya demi ketaatan kepada Allah yang memerintahkan bekerja dan tidak bergantung orang lain. Jika kita diam untuk menahan marah, maka itulah zikir dengan tindakan pula.  

Tidak ada ketentuan jenis zikir apa yang harus kita baca, juga kapan, dan berapa hitungannya. Lebih banyak zikir lebih baik. Silakan memilih zikir apa saja, khususnya yang bisa menguatkan iman, menyemangati dan menenangkan hati. Shalat, membaca Al Qur’an, mengikuti kajian Islam, puasa, dan semua kebaikan termasuk kategori zikir.

Berdasar beberapa ayat Al Qur’an dan hadis, ada delapan keuntungan bagi pezikir, yang disingkat S3 HEBAT. Pertama, sambung. Pezikir selalu tersambung hatinya dengan sinyal Allah. Handphone tidak berfungsi jika off atau tak tersambung dengan sinyal. Kedua, sanjung. Orang yang menyebut nama Allah, namanya disanjung Allah dengan bangga di depan para malaikat, meskipun ia pelaku dosa besar.  “Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingat (atau menyebut)-mu” (QS. Al Baqarah [2]: 152)

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sangat senang disebut kepala negara di sebuah pertemuan. Maka, betapa senang dan mulia orang yang namanya disanjung Allah di depan jutaan malaikat.

Ketiga, selamat. Jika kita sibuk menyebut nama Allah, masih adakah waktu untuk menyebut kejelekan orang atau mengucapkan kata yang tak berguna? Saat itulah kita selamat dari dosa. Selama hati tersambung dengan Allah, setan tak akan bisa masuk atau mengganggu kita. Orang yang tidak dekat Allah, maka setanlah yang akan menjadi teman terdekatnya (QS. An-Nisa [4]: 38).

Keempat, hidup. Zikir menjadikan hati hidup. Ibnu Taymiyah mengatakan, “Hati dan zikir, bagaikan ikan dan air. Ikan mati tanpa air, dan hati mati tanpa zikir.” Nabi SAW bersabda,

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لَا يَذْكُرُهُ كَمَثَلِ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perbandingan orang yang mengingat Tuhannya dan yang tidak mengingatnya seperti orang hidup dan mati” (HR. Al Bukhari dari Abu Musa Al Asy’ari, r.a)

Kelima, emas. Lidah yang selalu basah menyebut nama Allah lebih bernilai daripada emas sedunia (HR. At Tirmidzi dari Tsauban r.a). Keenam, benteng. Nabi Yahya a.s menasihati Nabi Isa, a.s, “Perbanyaklah zikir, sebab orang yang banyak berzikir dimasukkan Allah ke dalam benteng terkuat. Musuh tak akan bisa menangkapmu, walaupun engkau telah terjepit dalam pengejarannya.”  

Ketujuh, awan. Pezikir yang hanyut dalam renungan zikir sampai meneteskan air mata di tengah malam akan disiapkan Allah awan tebal sebagai payung kelak pada hari kiamat ketika matahari sudah mendekat di atas ubun-ubun manusia. Semua manusia menjerit kepanasan, sedangkan ia merasakan kesejukan.

Kedelapan, tenang. Orang yang menyebut nama Allah, hatinya menjadi tentram dan tenang. Sebab, ia yakin Allah Maha Kaya, Maha Pengasih, Maha Penolong, Maha Pengampun, dan Maha Pembuat keajaiban. Allah SWT berfirman,

 الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram” (QS. Ar Ra’du [13]: 28)

Pezikir juga amat yakin bahwa untuk merubah keadaan, Allah cukup mengucapkan “kun” dan terwujudlah apa yang yang menjadi kehendak-Nya. Pezikir semakin yakin dan amat optimis, sebab Allah telah memberi jaminan, bahwa Allah akan dengan mudah merubah keadaan yang menurut manusia mustahil.  

اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

“Sungguh hal itu mudah bagi Allah” (QS. Al Hadid [57]: 22)

وَّمَا ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ بِعَزِيْزٍ

“Yang demikian itu bagi Allah tidaklah sulit” (QS. Ibrahim [14]: 20)

Kenapa waktu kita tersita di depan handphone, dan ikut-ikutan menghujat orang, atau sharing berita yang belum tentu benar? Gantilah kesibukan yang tidak produktif itu dengan memperbanyak menyebut nama Allah. Itulah cara Anda meraih S3 H.E.B.A.T (Sambung, Sanjung, Selamat, Hidup, Emas, Benteng, Awan, dan Tenang). (Surabaya, 23 Agustus 2024)

Referensi: (1) Qureish Shihab, M, Tafsir Al Misbah, Vol. 10, Penerbit Lentera Hati, Jakarta, 2012, p. 494 (2) Hamka, Tafsir Al Azhar, juz 22, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985, p. 27, 52-58, (3) Al Haddad, As Syekh Habib Abdullah Alwi, An-Nasha-ihud Diniyah wal Washaya Al Imaniyyah, penerbit Darul Kutubil Ilmiyah, Beirut-Lebanon, 1971