Berita

Kabupaten Kediri memiliki sejarah yang begitu panjang dan budaya yang teramat banyaknya. Hal tersebut diawali dengan informasi yang tertera pada Prasasti Harinjing 726 Saka/ 804 Masehi, dimana seorang pujangga bernama Bhagawanta Bari yang mampu menanggulangi banjir di daerahnya dengan mensudet sungai serta membuat dawuhan. Hingga akhirnya ia mendapat penghargaan pengabadian nama dalam prasasti tersebut dan daerah yang diyakini sebagai Wanua Culanggi tersebut mendapat penghargaan Sima dari sang Raja Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodong.


Berkaitan dengan program Magang MBKM Fakultas Adab dan Humaniora, beberapa Mahasiswa FAH turut serta mensukseskan rentetan Hari Jadi Kabupaten Kediri ke 1220 yang mengambil tema “Kediri Parartha Jayati”. Diantaranya turut serta dalam pelaksanaan kegiatan Pasar Budaya Harinjing Pancawanua yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri. Acara tersebut adalah bentuk kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan potensi pariwisata dan budaya di daerah yang dipercaya dahulu sebagai Wanua Culanggi yang kini menjadi lima desa, yaitu Desa Siman, Desa Kebonrojo, Desa Brumbung, Desa Besowo dan Desa Kampung Baru.

Seluruh mahasiswa peserta Magang MBKM FAH yang bertugas di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri terutama yang bertugas di Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan ikut mempersiapkan acara tersebut dengan hikmat mulai dari pra acara, pelaksanaan acara hingga pasca acara.

Acara tersebut dilaksanakan pada minggu dan senin 21-22 April 2024 berpusat di sekitar Pendopo Dharma Kamulan Desa Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri dan dibuka langsung oleh Wakil Bupati Kabupaten Kediri. “Dari kegiatan ini diharapkan bisa memberikan manfaat pelestarian budaya di Kabupaten Kediri,    memberikan kontribusi bagi pengembangan desa dengan berbasis budaya serta  menumbuhkan ekonomi kerakyatan di sekitar wilayah lereng Kelud,” jelas Wakil Bupati Kediri Dewi Mariya Ulfa, Minggu (21/04/2024).

Dalam pelaksanaannya, acara dimeriahkan dengan pasar rakyat dan bazar produk unggulan desa, Pentas Kesenian Tradisional, Sarasehan dan lomba permainan tradisional (Gobak Sodor; Bentengan; Cucu Banyu;). Peserta berasal dari perwakilan lima desa Pancawanua serta masyarakat umum. Tiap desa diwajibkan membuka stand bazar berbagai hasil produk unggulan desanya masing-masing, seperti hasil bumi; Kerajinan tangan; produk kuliner makanan kuliner dll. kemudian mengirimkan tim yang terdiri dari beberapa peserta untuk bermain permainan tradisional dan mementaskan pertunjukan seni tradisional.

Pada hari kedua sekaligus penutupan acara ini, diadakan Sarasehan Budaya dengan beberapa tema dan narasumber, diantaranya 1. Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri “Peran Desa Dalam Pemajuan Kebudayaan Nasional” 2. Dr. Sigit Widiatmoko “Pengembangan Desa Melalui Wisata Berbasis Potensi Budaya” 3. Praktisi Perfilman “Budaya Dalam Media Baru”. Peserta sarasehan Budaya ini terdiri dari berbagai kalangan seperti Pemerintah Kabupaten dan Desa, tokoh masyarakat, murid sekolah sekitar dan masyarakat umum sekitar.

Dari acara ini diharapkan desa-desa anggota Pancawanua sadar akan potensi yang mereka miliki sebagai daerah yang diyakini menjadi titik nol Kabupaten Kediri, daerah yang yang menjadi tempat ditemukannya nama Kadiri pertamakali pada 804 Masehi/726 Saka. Sehingga mampu memanfaatkan kelebihan tersebut menjadi hal yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar Wanua Culanggi.