Berita

Selasa (12/9) Program Studi (Prodi) Studi Agama- Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya, menggelar kuliah umum dengan judul Agama dan Politik Menjelang Pilpres 2024. Acara ini mengundang narasumber Dr. Abdul Gaffar Karim, M.A yang merupakan dosen dan ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM. Acara tersebut dilaksanakan pada 9.00 hingga 12.00 di gedung Self Acces Center (SAC) lantai 3 dan diikuti oleh seluruh mahasiswa SAA.

Gaffar menjelaskan secara runtut dan logis mengenai agama dan politik. Menurutnya, agama tidak bisa dipisahkan dengan politik. “Agama lahir dari kuasa politik karena relasi kuasa (resources) hubungan antar individu,” ujarnya.

Kemudian, Gaffar juga menjelaskan mengenai hubungan agama dan negara yang berada di tiga wilayah yaitu, wilayah dipisahkan, diilhami, dan diformalkan. Wilayah dipisahkan berupa argumen inti sekularisme, yang mana agama sebagai wilayah privat yang otonom dan melekat di setiap individu. Gaffar juga memaparkan terkait passive dan assertive secularism.

Wilayah diformalkan berarti di-inkorporasikan ke dalam hukum positif, peraturan perundangan dan daerah, atau sebagai dasar negara. Sedangkan wilayah ilhami atau pandangan fungsional, agama bisa memainkan fungsi untuk membangun tatanan sosial dan menjaga konsensus nilai.

Gaffar menganalisis agama di indonesia termasuk pada wilayah diformalkan. Karena agama harus jadi undang-undang, dipaksakan, dan berporos pada agama. Meski demikian hal ini juga menyisakan problem misalnya yang terjadi pada partai-partai (khususnya Islam) di Indonesia, yaitu tidak adanya ideologi dan orientasinya tidak jelas.

Kuliah umum ini juga memiliki tujuan agar mahasiswa bijak dalam menyikapi isu-isu perpolitikan yang berbau agama. Apalagi tahun 2024 adalah tahun pemilu yang dilaksanakan pemilihan umum serentak. Terkait hal ini Gaffar memberikan kiat-kiat agar tidak termakan oleh isu-isu tersebut, salah satunya adalah menolak hoax.

Acara ini ditutup tanya jawab yang meriah karena Gaffar menjawab dengan diselingi cerita dan kasus-kasus yang telah terjadi di sekeliling kita. Sebagai penutup, Gaffar teringat pesan ibunya yang ia jadikan titik moral kehidupan. “Jikalau kamu kepepet, boleh makan babi. Tapi, jangan sampai makan uang rakyat, jangan korupsi,” tegasnya. (Ismi Malika Mufti – Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama)