KUNJUNGAN REKTOR AZ-ZAITUNA UNIVERSITY, TUNISIA KE UINSA SURABAYA
“Kita harus menjaga keseimbangan antara gaya dan perkembangan pendidikan ala Barat dengan peradaban klasik Timur (Timur Tengah) dan pendidikan Islam.” Itulah nasihat dari Rektor UINSA, Prof. Akh Muzakki kepada Direktur Kantor Internasional. Oleh karena itu, selain memperkuat jaringan dan kerjasama antara UINSA dan Arab Saudi, UINSA juga menginisiasi kemitraan dengan Tunisia. Sambutan hangat telah disampaikan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, berkat bantuan pihak-pihak yang terlibat dalam membantu inisiatif ini (Mr. Shiddiq dan HE Safira Machrusah).
Sejalan dengan itu, takdir baik telah mempercepat proses tersebut. Pada hari Senin, 18 Desember 2023, Rektor Universitas Zaituna, Syekh Prof. Dr. Abdullatif Bouazizi melakukan kunjungan ke UINSA. Penting untuk dicatat bahwa Universitas Zaytuna adalah salah satu universitas tertua di Tunisia dan mungkin di dunia. Rektor Zaytuna, Syekh Prof. Dr. Abdullatif Bouazizi, disambut hangat oleh Rektor UINSA, Prof. Akh. Muzakki, yang didampingi oleh semua wakil rektor serta Kantor Internasional UINSA seperti Maulana, yang bersama tim dari Amanatul Ummah, telah menjadi PIC (Person in Charge) dan mutarjim (penerjemah). Kunjungan ini juga didukung oleh KKH, unit kerja sama dan hubungan masyarakat yang telah memberikan bantuan besar.
Pertemuan tersebut sangat berdampak karena menghasilkan beberapa rencana konkret untuk kemitraan di masa depan. Di antara rencana kerjasama yang direncanakan adalah pelaksanaan program double degree, penelitian kolaboratif, kunjungan dosen, dan program mobilitas. Prof. Akh Muzakki, sebagai rektor, menekankan pentingnya rencana-rencana ini. Pertemuan ini sangat penting bagi UINSA dalam memperluas jaringan dan kerjasama tidak hanya dengan universitas di negara-negara Barat tetapi juga universitas di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Seperti disebutkan, Universitas Az-Zaituna adalah salah satu universitas tertua di dunia dan mewakili peradaban Islam yang terkenal dengan Ibn Khaldun dan lainnya. Oleh karena itu, universitas ini memiliki posisi strategis. Di sisi lain, UIN Sunan Ampel Surabaya adalah salah satu perguruan tinggi Islam negeri tertua ke-3 di Indonesia. Tidak hanya itu, UINSA juga berkomitmen untuk melestarikan dan memperkuat inti pendidikan Islam, termasuk studi agama seperti fiqih, Ushuluddin atau teologi, peradaban Islam, sastra Arab, dan lainnya. Ini tentu juga sejalan dengan semangat integrasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Catatan penting lain yang harus diingat adalah posisi strategis MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) dalam membentuk pemikiran dan kepemimpinan Islam di kalangan masyarakat Indonesia. Tidak dapat disangkal bahwa ulama di Indonesia akan dianggap lebih kredibel dan lebih dihormati ketika mereka lulus dari universitas Islam di Timur Tengah atau Afrika Utara. Oleh karena itu, pertemuan ini menandai peluang besar untuk munculnya alumni dari UINSA yang dapat memiliki gelar ganda dan menikmati manfaat baik dari segi substansi maupun dampak atau otoritas sipil yang diperoleh melalui kerjasama dengan universitas Islam di MENA, termasuk dan lebih khusus Universitas Zaytuna. Pada akhirnya, mempromosikan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta dapat dengan mudah dicapai ketika pemimpin dan tokoh agama adalah lulusan UINSA. Harapannya adalah para alumni UINSA menjadi pemimpin dan tokoh masa depan yang besar dalam kalangan umat Islam Indonesia. (Nabiela Naily, Arie)