UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Blitar kembali menjadi salah satu mitra Prodi SPI UIN Sunan Ampel Surabaya untuk pelaksanaan Program Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri. Melisa Salsabila adalah mahasiswa yang kali ini berkesempatan untuk magang di sana tahun 2025. Kegiatan ini menjadi tantangan baru bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan keterampilan dan kompetensi melalui interaksi sosial dan pratik keilmuan yang telah didapat pada saat perkuliahan. Mahasiswa diharapkan mampu merasakan langsung bagaimana operasional dunia kerja secara langsung dan sekaligus mampu terlibat dan berkontribusi di dalamnya secara professional.
UPT Perpustakaan Bung Karno ini jika diamati memiliki bentuk bangunan yang unik karena berada satu komplek dengan pesarean. Luasnya sekitar 12.500 m2 yang terletak di Jl. Kalasan No. 01, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Setelah ditelisik, ternyata ada filosofi hidup di baliknya. Bangunannya sengaja dibuat seperti candi Penataran berundak yang terbuat dari batu. Selain karena alasan kecintaan Bung Karno Sang Proklamator pada candi, bangunan berundak tiga merupakan filosofi Jawa tentang roda kehidupan, yaitu Purwa, Madya, dan Wasana.
Purwa merupakan awal dari kehidupan yang dilambangkan dengan tangga masuk kawasan perpustakaan. Madya adalah kehidupan pertengahan yang dilambangkan dengan perpustakaan sampai kolam. Hal ini dikarenakan terdapat interaksi sosial dan kecerdasan intelektual yang seharusnya dilakukan manusia pada umumnya. Wasana adalah tempat penyimpanan abu, yang dilambangkan dengan makam. Ini pula alasan mengapa undak perpustakaan ini dibangun tidak lebih tinggi dari kuncup makam. Hal ini mnemposisikan makam sebagai tempat peristirahatan terakhir kehidupan dunia dan untuk meninggikan derajat tokoh besar, Bung Karno, the Founding Father.
Perpustakaan yang dilambangkan sebagai penyimpan “Api semangat dan ajaran Bung Karno” ini ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat. Mereka yang berkunjung diharapkan tidak hanya sekedar mengunjungi ‘abu’ Bung Karno, tapi juga menghidupkan ‘api’ cita-cita dan semangat perjuangannya. Caranya bisa dilakukan dengan gemar membaca buku karya yang memuat fikiran dana ajaran Bung Karno serta tentang sejarah beliau yang dikoleksi di perpustakaan ini. Simbolisasi yang dihadirkan berupa patung besar Bung Karno yang tengah berpose membuka buku, yang akan meyambut tiap pengunjung yang masuk melewati tangga kawasan perpustakaan. Suatu perlambang bagi kecintaan Bung Karno kepada buku dan keinginannya untuk membangun karakter bangsa Indonesia.
Patung perunggu dengan berat 45 kwintal tersebut merupakan karya terakhit seniman Yogya, Gregorius Sidharta, sebelum meninggal pada 2004. Angka 45 dihubungkan dengan tahun kemerdekaan Indonesia, 1945. Di atas patung tersebut tidak diberikan atap untuk melambangkan tidak adanya halangan antara manusia dengan Tuhannya. Di sekitar patung terdapat pilar-pilar dari beton dengan jumlah 21 pilar yang menunjukkan tanggal wafatnya Sang Proklamator. Panjang tiangnya 6 meter yang menunjukkan bulan dan tanggal lahirnya Bung Karno. Di ujung pilar terdapat ukiran-ukiran yang melambangkan suku-suku di Indonesia.
Di sana juga terdapat kolam yang disebut kolam renungan dengan 5 pancuran yang melambangkan 5 sila Pancasila. Disebut kolam renungan karena bangsa Indonesia lahir karena hasil renungan sebelum merdeka. Di samping kanan kolam renungan terdapat relief dari tembaga yang merupakan hasil karya seniman Bandung, Sunaryo, dan dibuat pada 2005. Relief tersebut menggambarkan tentang kilas kehidupan Bung Karno dari lahir sampai wafat. Pada area ampliteater (area terbuka) terdapat 8 pilar yang menunjukkan bulan kemeredekaan Indonesia. Ampliteater ini digunakan untuk mengekspresikan kesenian yang juga mengedepankan nilai moral.
Menuju makam Bung Karno terdapat tangga naik dan disambut dengan gapura seperti candi sebagai pintu masuk makam. Di makam tersebut terdapat tiga makam, yaitu makam Bung Karno di tengah yang diapit oleh ayah dan ibundanya. Khusus untuk ayah Bung Karno, ia dipindahkan dari Jakarta ke samping makam Bung Karno pada tahun 1978 pada saat pemugaran. Satu tahun kemudian pada 21 Juni 1979 (bertepatan satu windu meninggalnya Bung Karno), makam Bung Karno diresmikan oleh Presiden Soeharto. Di dalam area makam terdapat batu besar dengan bendera Indonesia dan bendera veteran kepresidenan di masing-masing sisinya.
Lanskap bangunan perpustakaan Bung Karno ini pada gilirannya bukan semata tempat menyimpan koleksi buku belaka, merupakan tempat yang penuh arti dengan jiwa kebangsaannya yang kental.