Berita

Dosen dan mahasiswa Prodi Hubungan Internasional, FISIP UINSA menindaklanjuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan memetakan berbagai potensi riset dan pengabdian kepada masyarakat di Desa Srowo, Kabupaten Gresik pada Rabu, 26 Februari 2025. Desa Srowo merupakan desa penghasil kerupuk ikan dengan kuantitas tinggi, tetapi berkendala belum bisa menemukan buyer untuk ekspor. Kepala Laboratorium FISIP UINSA, Dr. Zudan Rosyidi, M.A. menjelaskan bahwa kedepannya, kerja sama penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Desa Srowo penting tidak hanya bagi Prodi Hubungan Internasional terkait ekspor, tetapi juga Prodi Sosiologi terkait pemberdayaan masyarakat, Prodi Ilmu Politik terkait pemerintahan desa, dan prodi-prodi sains tentang nutrisi kerupuk ikan.

Kepala Desa Srowo, Bapak Moh. Anam menjelaskan bahwa Desa Srowo memiliki fasilitas dan peralatan pengolahan kerupuk ikan. Produk kerupuk ikan Desa Srowo siap bersaing secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas, karena mampu menyediakan 1 ton ikan per hari sebagai bahan dasar kerupuk. Dalam skala nasional, kerupuk ikan Desa Srowo telah dijual hingga ke Bali. Promosi dan pemasaran kerupuk ikan Desa Srowo telah difasilitasi oleh Badan usaha milik desa (BUMDes), walaupun tidak jarang produsen juga menjualnya secara mandiri. BUMDes berharap, produk kerupuk ikan Desa Srowo juga dapat diekspor dalam bentuk kerupuk mentah, sehingga lebih tahan lama.

Beberapa instansi, diantaranya Bea Cukai dan lembaga riset telah datang dan berbagi pengalaman tentang ekspor. Akan tetapi, belum ada pendampingan langsung yang mempertemukan produsen kerupuk ikan Desa Srowo dengan buyer dari luar negeri. Karena itu, diharapkan FISIP UINSA dapat memfasilitasi business matching tersebut. Hambatan lain dalam ekspor adalah belum tersedianya tabel nutrisi pada kemasan kerupuk ikan Desa Srowo.

Kaprodi Hubungan Internasional UINSA, Rizki Rahmadini Nurika, M.A. menjelaskan bahwa terdapat mitra instansi magang mahasiswa yang bersedia membantu memfasilitasi business matching dan mencarikan buyer di luar negeri. Sebagai contoh, maskapai penerbangan sudah mengalokasikan 5% untuk produk UMKM. Akan tetapi, UMKM belum bisa memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Sehingga, diharapkan berbagai instansi dapat dapat berkolaborasi dalam mensukseskan ekspor produk kerupuk ikan Desa Srowo (NLH).