Berita

Belajar bahasa Inggris sering kali dianggap sulit oleh siswa, terutama dalam menghafal kosakata baru seperti irregular verbs (V1, V2, V3). Materi ini kerap terasa membosankan karena metode penyampaiannya yang monoton, di mana siswa lebih banyak diminta untuk menghafal daftar kosakata, sehingga membuat mereka cepat merasa jenuh. Menyikapi kondisi tersebut, pada Kamis, 24 April 2025, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) peserta program MBKM Asistensi Mengajar dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) memperkenalkan sebuah inovasi sederhana namun kreatif, yaitu Ferris Wheel Learning (Manual Media), dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas 8E SMPN 1 Krian. Media ini dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, aktif, dan interaktif, tanpa mengurangi esensi materi pembelajaran.

Ferris Wheel merupakan media pembelajaran manual berbentuk seperti bianglala mini, di mana setiap gondolanya digantungkan beberapa lembar kertas yang bertuliskan bentuk kata kerja pertama (V1), kata kerja kedua (V2), dan kata kerja ketiga (V3) dari irregular verbs. Cara bermainnya sederhana namun mampu meningkatkan semangat belajar siswa. Dalam penerapannya, siswa memutar Ferris Wheel: gondola di tengah digunakan untuk mencari bentuk V2, sedangkan gondola di sebelah kanan digunakan untuk mencari bentuk V3 dari kata kerja bentuk pertama (V1) yang telah dipilihkan oleh mahasiswa. Proses ini tidak hanya melatih ingatan, tetapi juga membuat siswa lebih aktif secara fisik dan mental. Belajar tidak lagi hanya duduk diam mendengarkan, melainkan bergerak, berpikir, dan mencoba.

Setelah menyampaikan materi pembelajaran mengenai irregular verbs, mahasiswa membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari dua orang untuk memainkan Ferris Wheel. Saat mahasiswa memberikan instruksi terkait aturan penggunaan media ini, siswa menunjukkan rasa semangat yang tinggi. Beberapa di antaranya bahkan bersorak, “Wih, apa itu, Miss? Apakah kita akan bermain game?”

Setelah instruksi disampaikan, mahasiswa meminta untuk maju secara bergantian  satu bangku ke depan kelas guna memainkan Ferris Wheel, sementara kelompok lain menunggu giliran mereka dengan sabar sambil memperhatikan jalannya permainan dengan penuh rasa ingin tahu.

Kelompok pertama fokus memutar Ferris Wheel sambil mencari bentuk kedua dari kata kerja yang tertera. Mahasiswa praktikan mendampingi dengan sabar, memberikan arahan namun tetap membiarkan siswa berpikir sendiri terlebih dahulu. Dilanjutkan seterusnya hingga kelompok terakhir. Setelah itu, siswa membalik kertas untuk memeriksa apakah jawaban mereka benar, lalu membuat kalimat simple past tense dalam bentuk positif, negatif, dan interogatif menggunakan kata kerja yang telah mereka dapatkan. Aktivitas ini mendorong siswa untuk belajar secara mandiri sekaligus bekerjasama dalam kelompok kecil.

Keterlibatan siswa yang tinggi, antusiasme, hingga rasa puas saat mereka menemukan jawaban yang benar, menunjukkan bahwa media ini efektif untuk membuat pembelajaran terkait irregular verbs menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Harapannya, ide-ide kreatif seperti ini terus dikembangkan agar pembelajaran di kelas tidak hanya berfokus pada hasil, tetapi juga pada proses yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk terus belajar.