
Surabaya, 18 Juli 2025 — Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) menggelar serangkaian diskusi strategis dalam rangka evaluasi dan reformasi kurikulum, dengan fokus pada kesiapan lulusan menghadapi tantangan dunia kerja, peningkatan metode pengajaran, serta keterlibatan mitra industri.
Dalam pertemuan ini, para dosen, alumni, dan mahasiswa membahas beragam topik penting, mulai dari penguatan muatan praktis dalam perkuliahan hingga relevansi materi ajar dengan kebutuhan lapangan kerja. Salah satu topik utama adalah pentingnya integrasi soft skill, sertifikasi, dan pengalaman langsung di industri kreatif.
Fahmy, alumni yang kini bekerja sebagai copywriter, menekankan perlunya keterampilan tambahan di luar ruang kelas. “Banyak hal yang tidak sempat kami pelajari secara formal di kampus, padahal itu sangat menentukan saat masuk dunia kerja,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Sertifikasi seperti ICT, penulisan administratif, atau pelatihan hubungan masyarakat bisa sangat membantu membuka peluang kerja, apalagi untuk lulusan sastra.”
Diskusi juga menggarisbawahi pentingnya memperkuat kerja sama dengan mitra eksternal. Para peserta menyarankan agar mahasiswa diberi lebih banyak kesempatan mengikuti magang dan kunjungan industri. “Akan sangat membantu kalau kita bisa bawa mahasiswa langsung ke perusahaan dan membiarkan mereka belajar dari pelaku industri secara langsung,” lanjut Fahmy.
Rafi, salah satu peserta diskusi, menyoroti pentingnya fleksibilitas kurikulum dalam merespons perkembangan zaman. “Kita butuh lebih banyak mata kuliah yang bersinggungan langsung dengan dunia digital dan media,” katanya. Ia juga menggarisbawahi perlunya metode pengajaran yang adaptif terhadap gaya belajar mahasiswa masa kini.
Adira, guru Bahasa Indonesia sekaligus alumni Prodi Sastra Indonesia UINSA, memberikan masukan yang membangun terkait pengembangan kurikulum mata kuliah Bahasa Indonesia. “Selama ini, pendekatan kurikulum kita cukup kuat di bidang sastra—dan itu penting karena sastra membentuk kepekaan berbahasa dan pemahaman budaya. Namun, di lapangan, saya melihat kebutuhan siswa juga sangat besar pada penguasaan teori linguistik dan keterampilan berbahasa praktis untuk mendukung keberhasilan mereka di dunia pendidikan dan kerja,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa pengalaman para alumni yang kini menjadi praktisi di berbagai bidang perlu didengar sebagai masukan berharga untuk menciptakan kurikulum yang lebih seimbang dan adaptif terhadap tantangan masa kini.
Pertemuan ini juga membahas pentingnya pelaporan kurikulum secara sistematis melalui formulir Google yang dibagikan ke stakeholder dan mitra industri. Langkah ini diharapkan menjadi basis data untuk penyesuaian kurikulum berbasis kebutuhan nyata di masyarakat.
Dengan semangat kolaboratif, forum ini menjadi langkah awal yang signifikan bagi Prodi Sastra Indonesia UINSA dalam menciptakan kurikulum yang lebih kontekstual, responsif terhadap dunia kerja, dan selaras dengan potensi mahasiswa di era digital.