Kabupaten Kediri adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur dan merupakan salah satu kota tertua di Indonesia. M. M. Sukarto Kartoatmojo menyebutkan bahwa Hari Jadi Kabupaten Kediri (HJK) muncul pertama kalinya bersumber dari tiga buah prasasti, Harinjing A-B-C. Namun beliau berpendapat, nama Kadiri yang paling tepat dimuculkan pada ketiga prasasti. Alasannya, Prasasti Harinjing A tanggal 25 Maret 804 masehi, dinilai usianya lebih tua dari pada dua lainnya, prasasti B dan C, yakni tanggal 19 September 921 dan tanggal 7 Juni 1015 Masehi. Dilihat dari ketiga tanggal tersebut maka nama Kediri ditetapkan tanggal 25 Maret 804 M. Tatkala Bagawantabhari memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing. Selanjutnya ditetapkan surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari 1985 nomor 82 tahun 1985 tentang Hari Jadi Kediri, yang pasal 1 berbunyi “Tanggal 25 Maret 804 Masehi ditetapkan menjadi Hari Jadi Kediri, sehingga pada tahun 2025 ini merupakan Hari Jadi Kabupaten Kediri yang ke-1221.”
Dalam kegiatan MBKM Fakultas Adab dan Humaniora UINSA 2025 ini, Ceremony HJK merupakan sebuah kesempatan emas bagi lima mahasiswa yang bermitra magang di Disparbud Kediri untuk mempelajari sejarah perhelatan tahunan tersebut. Selain ikut andil langsung dalam prosesi seremonial, mereka juga ikut serta dalam beberapa kegiatan pra-seremonial. Sehingga mereka dapat memahami langsung bagaimana event tersebut diselenggarakan. Sesuci Tirta merupakan salah satu dari kegiatan pra-seremoni yang dilaksanakan dalam 4 waktu berbeda sebelum tanggal 25 Maret. Kegiatan ini terinspirasi oleh pandemi Covid-19 yang mewajibkan orang untuk selalu mencuci tangan, kemudian diangkat menjadi tradisi baru bernama Sesuci Tirta atau pengambilan air dari 7 sumber mata air untuk membasuh tangan sebelum pembacaan Prasasti Harinjing pada tanggal 25 Maret.
Pada tahun ini, perayaan HJK memiliki tema “Sinergi Bhinneka, untuk Kediri Berbudaya” yang bermakna walaupun di Kabupaten Kediri memiliki berbagai ragam agama, ras, suku dan budaya, tetap kita harus bisa bersinergi untuk membangun Kediri Berbudaya. Sebagaimana pesan untuk anak muda dari Bu Vika sebagai Kabid Kesenian Disparbud, “Kediri memiliki julukan Bumi Panjalu yang berarti punya jiwa berkarya dan berinovasi. Oleh karenanya generasi muda harus kuat dan tahan banting. Jangan malu juga dalam menggunakan pakaian adat dalam suatu acara. Budaya perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.”
Kelompok magang yang dibimbing oleh Bapak Nuriyadin, M.Fil. ini juga memiliki kegiatan menarik yang berbeda, karena penempatan bidangnya yang berbeda juga. Sebagai contoh, Nanang dan Inna ditempatkan di bidang Jakala (Sejarah dan Purbakala) dengan kegiatan utama evakuasi dan bakti situs. Lalu ada juga Rian dan Icha yang ditempatkan di bidang kesenian dengan pokok kegiatan sesuci tirta dan pendampingan kesenian. Terakhir ada Alfi yang ditempatkan di bidang pemasaran dengan tanggung jawab pada kegiatan bus wisata gratis yang tak kalah menariknya.